Hal-Hal Utama
Keefektifan laboratorium bahasa disekolah-sekolah
Indonesia pada saat ini sangat rendah dan tergantung pada kemampuan dan
kepandaian masing-masing guru serta kepala sekolah diantara
sekolah-sekolah tersebut. Situasi seperti ini timbul karena model
laboratorium bahasa yang ada kebanyakan tidak dipergunakan serta
penyelenggaraan penginstalasian laboratorium bahasa di sekolah tidak
diawasi kwalitasnya ( tidak adanya standarisasi kwalitas ), juga
masalah operasional (termasuk pembiayaan yang pro-aktif dan reaktif ,
suku cadang, pemeliharaan, pelatihan dan anggaran perlatan ) tidak
ditujukan secara efektif. Penginstalasian laboratorium bahasa biasanya
tidak berdasarkan pada rencana jangka waktu yang cukup lama dan kurang
terkoordinasi.
Rencana teknologi, pelatihan guru dan pengenalan peralatan mengajar
sebaiknya harus sudah diperkenalkan sebelum peralatan tersebut sebelum
dipasang.
Berdasarkan situasi yang ada
Dalam tahun 1982/83 sebanyak 500 Tandberg (sistem
500) Audio Active Comparative (ACC) laboratorium bahasa sebenarnya sudah
diinstaslasi disekolah-sekolah Indonesia. Banyak laboratorium Tandberg
yang asli masih teta beroperasi. Meskipun, sangat bervariasi sekali
dalam hal tingkat ketahanannya juga dalam hal penggantian suku cadang
sekarang ini menjadi masalah yang cukup serius. Dan mereka telah
"tersapu" oleh penginstalasian baru ( kebanyakan laboratorium bahasa
Panasonic ) yang sampai saat ini masih terus bertahan.
Menuju Model lebih baik
Syarat utama bagi para pekerja baik yang profesional
maupun semi-profesional di Indonesia adalah kemampuan berbahasa asing
dan kemampuan komputer. Dan hal yang sangat ditekankan dilapangan
adalah kemampuan berbicara / mendengarkan. Mengingat dari seluruh
wilayah nusantara hanya 30 % dari lulusan SMU yang melanjutkan ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi ( 70 %nya terjun langsung dalam
lapangan kerja ), kemampuan dalam hal tersebut (berkomunikasi) dalam
lapangan kerja paling tidak dalam tingkat seimbang pemakaiannya, dan
paling tinggi tidak lebih dari kemampuan untuk membaca dan menulis (
biasanya cenderung berorientasi ke tingkat akademi). Sangat jelas bahwa
sekarang alokasi waktu untuk mempraktekan kemahiran berbahasa dalam
program belajar di sekolah kurang, padahal itu adalah kunci utama yang
harus diperhatikan
Model baru yang mana saja di Indonesia sekarang harus memperhatikan beberapa faktor berikut;
- akuisisi praktek kemampuan berbahasa (praktek berbicara, mendengarkan dan memahami suara dari penutur asli, meningkatkan keberanian),
- ukuran kelas (saat ini jumlah maximum siswa adalah 48 orang), fleksibilitas gaya mengajar (pendekatan komunikatif oleh guru bahasa tidak tercermin dalam model rancangan sekarang ini),
- kemampuan memonitor dan bekerja dengan masing-masing siswa (dalam semua bentuk pelajaran),
- sistem perawatan prventif.
Bentuk rencana-ruangan ini mengambarkan 24 siswa
dengan bentuk laboratorium-U. Telah dilakukan banyak sekali cara untuk
menyelesaikan banyak masalah yang secara spesifik berhubungan dengan
kebutuhan program sekolah bahasa. Fokus utama dalam membangun model
laboratorium bahasa adalah kwalitas. Dan pertama yang harus diperhatikan
adalah ukuran kelas, kegiatan laboratorium, dengan definisi harus
memberi kesempatan untuk percobaan yang dapat dimonitor dengan bantuan
guru yang sesuai dengan kebutuhan siswa masing=masing. Dibutuhkan usaha
yang sangat besar untuk memonitor 48 siswa dalam waktu 45 menit kegiatan
mengajar (dikurangi waktu untuk pengenalan pelajaran dan waktu
memeriksa ulang) hal ini sangat tidak realisitis. Konsep awal untuk
memecahkan masalah ini berpusat diseputar merubah ukuran kelas (dibagi
dua), serta membagi ruang laboratorium yang ada dengan partisi (dinding)
kaca. Pada ruang ke dua (berkaca) menjadi ruang Self-Access (SA) yaitu
tempat dimana siswa/i dapat belajar secara mandiri. Di ruang Self-Access
terdapat fasilitas seperti kaset rekaman (kalau ada sisa dari lab yang
lama maka ini dapat dimodifikasi), video/TV dan peralatan mendengar
(pada kebanyakan sekolah sudah mempunyai televisi dan video yang jarang
dipakai di ruangan lain), bahan yang berhubungan dengan kurikulum (yang
dibuat sendiri). Materi SA dihasilkan dari sumber-sumber bahan yang ada
di perpustakaan termasuk koleksi "Languages Other Than Indonesian"
(LOTI).
Walaupun tujuannya untuk memeriksa pengadaan
sumber-sumber bahan yang ada di perpustakaan untuk keperluan fasilitas
SA, fenomena yang ada sangat mengherankan. Yaitu kebanyakan setiap
mengunjungi perpustakaaan selalu kosong, yang ada hanya penjaga
perpustakaan atau staf yang hanya mengawasi buku-buku. Berdasarkan
pengamatan, mengapa perpustakaan tidak dipergunakan oleh siswa alasannya
adalah semua siswa berada didalam kelas. Nyata sekali dalam hal ini
bahwa guru tidak biasa memanfaatkan fasilitas perpustakaan sebagai
bagian dari strategi mengajar di kelas mereka. Perpustakaan pada
dasarnya hanya berfungsi tidak lebih sebagai gudang buku. Hal ini
menimbulkan pikiran logis dan jauh lebih bermanfaat untuk megembangkan
atau merubah fasilitas perpustakaan daripada membangun ruang khusus
berkaca (yang hanya bisa dipakai oleh para siswa bahasa). Kelas
laboratorium bahasa dapat dibagi menjadi dua kelompok (masing-masing 24
siswa), dan 24 siswa yang tidak ikut kelas laboratorium dibuatkan jadwal
untuk mengunjungi perpustakaan. Rencana ini juga lebih efektif apabila
memanfaatkan staf perpustakaan dan mengijinkan guru bahasa lebih bebas
untuk memfokuskan diri pada kegiatan belajar bahasa di laboratorium.
Keuntungan lebih jauh dari pendekatan seperti ini
adalah meningkatnya fasilitas perpustakaan sehingga seluruh anggota
lingkungan sekolah dapat menggunakannya selama jam buka perpustakaan.
Konsep ini juga menimbulkan masalah penting lainnya (barangkali salah
satu yang terpenting) yang perlu dihadapi yaitu - "akses perpustakaan".
Perpustakaan sekolah biasanya buka hanya selama waktu belajar dan waktu
yang singkat setelah sekolah usai (biasanya 15 menit) supaya siswa
dapat meminjam buku. Konsep siswa mengunjungi perpustakaan untuk belajar
setelah sekolah usai tidak mendapat dukungan. Di Indonesia, dimana
jumlah anggota keluarga biasanya besar dan terbatasnya ruangan pribadi
dirumah-rumah, seringkali sulit bagi siswa untuk berkonsentrasi membuat
pekerjaan rumah atau menemukan ruangan sepi untuk membaca. Membaca dan
ketertarikan dalam membaca (minat baca) adalah salah satu dasar untuk
membangun dan mendidik masyarakat. Meskipun saat ini, jam buka
perpustakaan sekolah pada umumnya tidak mendukung dan mendorong siswa
untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Hal ini bukanlah situasi yang
hanya terjadi di sekolah tetapi juga di lembaga-lembaga lain, mereka
memliki keterbatasan waktu perpustakaan yang singkat. Perpustakaan
Nasional Indonesia menyatakan bahwa perpustakaan harus menjadi "pusat
belajar mengajar". Walaupun, hal ini perannnya jauh sangat berbeda dari
situasi yang ada saat ini.
Model laboratorium bahasa baru, berdasarkan
pelaksanaannya, mempunyai potensi yang secara keseluruhan dapat
meningkatkan kwalitas program belajar bahasa melalui;
- Meningkatkan rasio guru/siswa secara makro dan pelatihan ketrampilan khusus juga untuk penilaian ketrampilan siswa secara perseorangan.
- Meningkatkan fleksibilititas cara mengajar.
- Persiapan untuk role-playing (memainkan peran) dan berinteraktif secara langsung untuk menambah sesi praktek berbicara / mendengar dan membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa (ditengah-tengah laboratorium model U ini)
- Menghilangkan sekat antara para siswa selama waktu praktek untuk menstimulasi siswa berinteraksi sehingga mendorong perkembangan rasa percaya diri.
- Meningkatkan akses guru ke siswa untuk memonitor maupun membantu selama latihan cloze dan menulis/ mendengar.
- Meningkatkan pengenalan akan alat bantu mengajar (papan tulis, OHP, dll)
- Meningkatkan siswa memakai Self Access dan fasilitas perpustakaan.
1. Diharapkan bahwa dengan meningkatkan akses dan
penggunaan perpustakaan dapat mendorong siswa menggunakan fasilitas
sekolah lebih sering serta membantu meningkatkan tingkat minat baca
siswa (yang terpenting). Harapan yang dihasilkan selanjutnya dari
penganalan self access yaitu siswa menjadi lebih peka akan kewajiban mereka mengenai pelajarannnya dan bagaimana belajar mandiri.
Ini adalah ketrampilan yang ditujukan untuk persiapan yang lebih baik
bagi siswa yang ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi maupun yang akan terjun langsung ke lapangan kerja.
2. Sangat penting dicatat bahwa bentuk pemikiran
teknologi pendidikan (termasuk alat bantu belajar komputer) juga akan
membutuhkan analisa yang cermat dan pemahaman akan semua kebutuhan serta
masalah yang sustainability (terus-menerus), jauh sebelum
penginstalasian dimulai. Agar semua teknologi pendidikan dapat
menjadi lebih efektif, efisien serta tetap berlangsung hal tersebut
sangat penting sekali untuk dipertimbangkan pengintegrasiannya ke dalam
sistem pendukung, yang terbaik adalah mempersatukan keperluan kurikulum,
guru dan siswa. Yang harus didahulukan pertama adalah system pendukung
baru kemudian teknologi.
3. Anda mungkin memperhatikan bahwa yang paling banyak dibicarakan dalam tulisan ini adalah seputar modifikasi laboratorium yang sudah ada. Apabila anda ingin membangun laboratorium silahkan mendiskusikannya terlebih dahulu dengan kami.
Kami menyarankan apabila anda ingin membeli peralatan, software atau memasang fasilitas Internet gunakanlah FORUM
di homepage ini untuk meminta saran dan bantuan dari pihak pendidikan
yang berpengalaman. Bandingkanlah harga dan garansinya sebelum memesan
dan membeli barang.
Sumber : http://e-pendidikan.com/llab.html
Dilarang Promosi Blog, Spam, Hack dan yang berbau Negatif ConversionConversion EmoticonEmoticon