JAKARTA - PT Merpati Nusantara Airlines (MNA)
terus dilanda berbagai masalah. Salah satu masalah yang paling mencuat
adalah mengenai kendala keuangan maskapai pelat merah tersebut. Meski
sudah menjalin kerja sama dengan dua perusahaan swasta lokal melalui
skema Kerja Sama Operasional (KSO), namun tidak serta merta
menyelamatkan Merpati dari kesulitan.
Deputi Bidang Restrukturisasi Kementerian BUMN, Wahyu Hidayat, menuturkan skema KSO itu merupakan skema yang tidak mudah dilakukan begitu saja. Di mana harus melihat izin, hingga rute yang dimiliki.
"Kita itu capeklah, sudah. Kurang apa? Kalau you jadi saya, apa yang mau dilakukan?" kata Wahyu kepada wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (3/2/2014).
Menurut Wahyu, pemerintah sangat luar biasa memberikan bantuan-bantuan kepada Merpati lantaran untuk tetap membuat Merpati tetap mengudara. Seperti, Penyertaan Modal negara (PMN) pada 2005 sekitar Rp75 miliar.
Lalu, dana restrukturisasi dan revitalisasi Rp350 miliar pada 2010 dan mendapatkan dana sekitar Rp2 triliun untuk pengadaan pesawat jenis SLA MA60 sebanyak 15 pesawat. 2011 mendapatkan kembali PMN sekitar Rp560 miliar, 2012 sekitar Rp200 miliar, namun tidak dapat terealisir.
Wahyu melanjutkan, tidak terealisirnya PMN pada 2012 yang sebesar Rp200 miliar tersebut, menjadi penyebab Merpati terlambat serahkan business plan.
"Indonesia butuh pelayanan jasa angkutan udara. Dulu waktu empat airlines operasi. Mandala, Merpati, Bouraq, Garuda, Pemerintah sudah lakukan luar biasa menurut saya, bahwa itu tereintegrasi, itu kita liat," jelasnya.
Kendati demikian, Wahyu mengatakan, dirinya bisa saja mengambil keputusan mudah dengan menyebut bahwa Merpati lebih baik ditutup saja, jika dibandingkan efisiensi kinerja Merpati. (rzy)
okezone.com
Deputi Bidang Restrukturisasi Kementerian BUMN, Wahyu Hidayat, menuturkan skema KSO itu merupakan skema yang tidak mudah dilakukan begitu saja. Di mana harus melihat izin, hingga rute yang dimiliki.
"Kita itu capeklah, sudah. Kurang apa? Kalau you jadi saya, apa yang mau dilakukan?" kata Wahyu kepada wartawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (3/2/2014).
Menurut Wahyu, pemerintah sangat luar biasa memberikan bantuan-bantuan kepada Merpati lantaran untuk tetap membuat Merpati tetap mengudara. Seperti, Penyertaan Modal negara (PMN) pada 2005 sekitar Rp75 miliar.
Lalu, dana restrukturisasi dan revitalisasi Rp350 miliar pada 2010 dan mendapatkan dana sekitar Rp2 triliun untuk pengadaan pesawat jenis SLA MA60 sebanyak 15 pesawat. 2011 mendapatkan kembali PMN sekitar Rp560 miliar, 2012 sekitar Rp200 miliar, namun tidak dapat terealisir.
Wahyu melanjutkan, tidak terealisirnya PMN pada 2012 yang sebesar Rp200 miliar tersebut, menjadi penyebab Merpati terlambat serahkan business plan.
"Indonesia butuh pelayanan jasa angkutan udara. Dulu waktu empat airlines operasi. Mandala, Merpati, Bouraq, Garuda, Pemerintah sudah lakukan luar biasa menurut saya, bahwa itu tereintegrasi, itu kita liat," jelasnya.
Kendati demikian, Wahyu mengatakan, dirinya bisa saja mengambil keputusan mudah dengan menyebut bahwa Merpati lebih baik ditutup saja, jika dibandingkan efisiensi kinerja Merpati. (rzy)
okezone.com
Dilarang Promosi Blog, Spam, Hack dan yang berbau Negatif ConversionConversion EmoticonEmoticon